Proses, Jenis dan Pola Hujan

Proses, Jenis dan Pola Hujan

Proses, Jenis dan Pola Hujan - Hujan

Juragandlieur; Dalam ilmu meteorologi dan klimatologi, presipitasi merupakan salah satu peristiwa atmosferik dari setiap produk kondensasi uap air di atmosfer. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan.
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan mencapai permukaan bumi tetapi apabila butir air menguap sebelum mencapai daratan disebut Virga. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu diatas titik leleh es [0°C] di dekat dan di atas permukaan bumi.
Hujan berperan penting dalam siklus hidrologi dan merupakan sumber utama air tawar di bumi.

Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat (Boer, 2006).


Oleh karena itu, kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Hujan memegang peranan penting dalam penyediaan air bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan diteruskan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan terhenti jika kehilangan air mencapai 60% (Griffiths, 1976). Penentuan awal musim kemarau, musim hujan dan tipe iklim baik Oldeman maupun Schmidt-Ferguson berdasarkan jumlah curah hujan. Selain itu dapat pula dipakai untuk mengkategorikan pola hujan suatu daerah.

PROSES TERJADINYA HUJAN
Air yang berada dipermukaan bumi akan mengalami proses penguapan [Evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi]. Kemudian uap-uap air hasil dari proses penguapan tersebut mengalami proses kondensasi hingga membentuk awan yang akan bergerak ke tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal maupun horizontal. Pergerakan angin vertikal ke atas menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan saling bertindih-tindih. Jika gumpalan-gumpalan awan tersebut berhasil mencapai atmosfer yang bersuhu lebih dingin, butiran-butiran air dan es akan mulai terbentuk. Pada saat angin tidak mampu lagi menopang beratnya awan, awan yang sudah berisi air ini akan mengalami presipitasi atau proses jatuhnya hujan ke bumi.



JENIS HUJAN
1. HUJAN KONVEKTIF ATAU ZENITHAL
Hujan konvektif ini sering terjadi di daerah tropis karena intensitas penyinaran matahari yang tinggi.
Hujan konvektif atau zenithal adalah hujan yang terjadi karena adanya pemanasan sinar matahari pada suatu massa udara sehingga massa udara tersebut memuai atau naik dan mengalami pengembunan, atau menghasilkan hujan deras namun tidak berlangsung lama.
Hujan jenis ini disebabkan oleh adanya perbedaan panas yang diterima oleh permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara di atas permukaan tanah tersebut.
Beda panas umumnya terjadi pada musim kering yang akan mengakibatkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil kondensasi massa air basah pada ketinggian diatas 15 km.
Ciri-ciri :
  1. Intensitasnya tinggi.
  2. Berlangsung relatif cepat.
  3. Mencakup wilayah yang tidak terlalu luas.
Hujan jenis ini biasanya tidak efektif untuk tanaman karena air hujan sebagian besar akan hilang dalam bentuk arus permukaan tanah.

2. HUJAN OROGRAFIK ATAU RELIEF
Jenis hujan yang umum terjadi di daerah pegunungan yaitu ketika massa udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Pada lereng dimana gerakan massa udara tidak atau kurang berarti (leeward side), udara yang turun akan mengalami pemanasan dengan sifat kering. Daerah ini disebut daerah bayangan, hujan yang turun disebut hujan di daerah bayangan (jumlah hujan lebih kecil).
Hujan orografik adalah hujan yang terjadi karena adanya gerakan udara yang menaiki pegunungan lalu mengalami kondensasi atau pengembunan. Udara yang telah mengalami kondensasi tersebut membentuk awan yang menimbulkan hujan.
Hujan jenis ini terjadi akibat pembentukan awan pada lereng diatas angin (windward side) yang disebakan oleh terjadinya kondensasi gerakan udara naik ke pegunungan atau bukit yang tinggi.
Hujan orografik dianggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan karena berlangsung di hulu DAS.

3. HUJAN KONVERGEN ATAU FRONTAL
Hujan konvergen biasanya terjadi di daerah tropis. Hujan jenis ini umumnya memiliki ciri sangat lebat dan disertai banyak guntur, bahkan angin ribut.
Hujan konvergen terjadi akibat pertumbuhan awan yang terbentuk dari bertemunya dua massa udara yang berbeda suhunya. Massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu lebih rendah dengan kerapatan udara dingin lebih besar).
Hujan jenis ini dibedakan menjadi :
  • Hujan frontal dingin
Biasanya mempunyai kemiringan permukaan frontal yang besar dan menyebabkan gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi lebih cepat sehingga hujan yang dihasilkan hujan lebat dalam waktu singkat.
  • Hujan frontal hangat
Kemiringan permukaan frontal tidak terlalu besar sehingga gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi dapat dilakukan perlahan/proses pendinginan bertahap. Hujan yang dihasilkan adalah hujan yang tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu lebih lama (intensitas rendah).

4. HUJAN SIKLONAL
Hujan siklonal terjadi karena pengaruh angin siklon.
Angin siklon adalah angin yang berputar menuju ke titik pusat. Sedangkan angin yang berputar keluar dari titik pusat disebut angin anti siklon.
Hujan jenis ini terjadi akibat pengaruh angin yang berputar (siklon) yang sangat berbahaya, karena sering menimbulkan bencana yang berupa tornado dan siklon tropis “Hurricane”.
Kedua badai itu sering melanda Amerika Serikat (USA).



POLA CURAH HUJAN

1. POLA MONSUN
Pola ini terjadi akibat proses sirkulasi udara yang berganti arah setiap 6 bulan sekali. Karakteristik dari jenis ini adalah distribusi curah hujan bulanan berbentuk “ V “ dengan jumlah curah hujan minimum pada bulan Juni, Juli atau Agustus. Saat monsun barat jumlah curah hujan berlimpah sebaliknya pada saat monsun timur jumlah hujannya sangat sedikit. Banyak daerah di Indonesia yang mempunyai curah hujan dengan pola jenis Monsun.

2. POLA EKUATORIAL
Pola ini terjadi berkaitan dengan pergerakan matahari yang melintas garis ekuator sebanyak dua kali dalam setahun. Distribusi curah hujan bulanan mempunyai dua maksimum. Pola ini sering terjadi pada daerah ekuator.

3. POLA LOKAL
Distribusi curah hujan bulanan jenis lokal kebalikan dari jenis monsun. Apabila di daerah dengan pola monsun mengalami musim hujan maka daerah dengan pola lokal mengalami musim kemarau atau sebaliknya. Pola ini dipengaruhi oleh sifat lokal seperti kondisi geografi dan topografi setempat. Daerah yang mempunyai pola dengan jenis ini sangat sedikit, misalnya Ambon.

Curah hujan yang lebat dapat merusak tanaman secara langsung atau menggangu pembungaan dan penyerbukan. Jumlah air berlebihan di dalam tanah atau di sekitar lahan akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa beracun pada akar tanaman. Sedangkan curah hujan yang sedikit dapat menyebabkan kekeringan (drought).
Kekeringan terjadi jika persediaan air dalam tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman.
*) Note : Baca artikel dengan Judul : Peran Air Bagi Tumbuhan



Untuk memanfaatkan informasi klimatologi yang lebih aplikatif di bidang pertanian, dalam hal ini untuk menunjang perencanaan musim tanam, pola tanam dan pemilihan jenis/ varietas komoditas pangan perlu dilakukan analisis neraca air lahan. Salah satu metode kajian neraca air yang telah dilakukan di Kupang adalah Analisis Neraca Air Berdasarkan Metode Cocheme-Franquin (Geru, 2005).

Untuk membangun sistem pertanian yang maju berbasis iklim, Pemerintah Daerah hendaknya memperhatikan kondisi peralatan pengukur cuaca/iklim yang menghasilkan data iklim, yang selanjutnya digunakan untuk analisa iklim dan agroklimat. Keberhasilan perencanaan pembangunan pertanian di suatu daerah kering tergantung pada pemanfaatan air secara efektif yang berasal dari curah hujan dalam selang waktu yang tepat, sehingga kebutuhan air oleh tanaman pada saat memerlukan air yang cukup tidak kekurangan, dengan demikian tanaman akan berkembang dengan baik dan akhirnya akan memberikan hasil yang baik pula (Manik, 1990).

Bagaimana Cara Mengetahui Jumlah Curah Hujan

Untuk mengetahui banyaknya jumlah curah hujan yang terjadi, digunakanlah peralatan pengukur curah hujan. Seperti apakah peralatan tersebut?
Silahkan baca tulisan dengan Judul "Alat Untuk Mengukur Curah Hujan


Judul :

Proses, Jenis dan Pola Hujan | Juragandlieur


Tag : #iklimntt, #klimatologi, #pertanian

Comments



Popular Posts

Peran Air Bagi Tumbuhan

Alat Untuk Mengukur Penguapan - Penguapan

Sifat Bahan Pangan - Bahan Pangan

Manfaat Klimatologi

Alat Untuk Mengukur Suhu Udara